Sabtu, 17 April 2010

teropong miniku - part 1#

0comments
Kali ini aku meneropong dari sudut pandangku. Menilik lingkungan-lingkungan sekitarku, bercerita tentang secuil saja bagian dari hidupku. Tak perlu rasanya kusebutkan tokoh dan latar belakang dari sekilas ceritaku ini. Yap, ini tentang temanku.
Kupandangnya setiap hari, kutemukan ekspresi dari mimik-mimik lucunya dulu, bukan sekarang. Bahkan dulu juga sempat kulihat betapa beberapa lainnya merasa paling dominan dari teman-teman lainnya, dan disaat aku pun belum menikmati semuanya.
Baru kemarin, aku memandangnya dengan pandangan sedikit memelas. Ingin rasanya kuulurkan tanganku dan berkata, 'Ayo kita warnai dunia ini bersama!'. Tapi itu dulu dan bahkan aku tak tahu apakah sebenarnya ia memang benar membutuhkanku atau bahkan aku mungkin hanya menjadi pemandangan konyolnya, aku tak tahu.
Tapi sekarang, aku merasa seperti menjadi dia. Aku bingung harus menyebutnya apa, keadaan ini tak bisa disalahkan, tak bisa dibilang korban keterasingan, juga tak bisa dibilang korban keganasan kelompok-kelompok mereka.
Oh, dunia semakin terbalik-balik saja kurasa. Ketika kami merasa, dunia ini bukan dunia yang kami cari, bukan ini yang seharusnya kami dapatkan dari lingkungan ini yang seharusnya tidak seperti ini (cukup rumit untuk kau pahami).
ketika kau konsultasikan ini pada orangtuamu, mungkin hanya ini jawabnya, 'kamu kurang bisa beradaptasi sayang!'. Tapi bukan itu yang sebenarnya kami cari, tapi solusi. Apa solusi untuk semua ini? Kami tidak merasa menjadi orang yang tak pandai beradaptasi (karena kami akrab dengan semua, hanya saja belum mendapat chemistry untuk benar-benar bisa menjadi lebih, dan bahkan kami punya dunia yang kami rasa jauh lebih menantang dan mengasyikkan di luar sana di banding ini), kami juga bukan golongan tertindas atau terasingkan karena kami cukup menjadi lakon-lakon di sini. Cuma solusi dari ketidakcocokan ini yang kami cari.
Oh entahlah, aku tak tahu salah atau tidakkah jika aku mengatasnamakan 'kami' dalam ceritaku ini. Tapi kurasa, bukan cuma aku yang seperti ini, tapi beberapa orang di sekitarku dari berbagai jenis kelamin yang kurasa masih punya otak SEJALAN denganku, atau mungkin mereka-mereka yang memaksa diri mereka untuk bisa menjadi nyaman dengan semuanya, walaupun aku tahu bahwa mereka tak bisa.

hilang

0comments
dulu aku yang mencari
dulu aku yang memilih
dulu aku yang menyusun
kususun kayu-kayu itu, ranting-ranting itu
kubentuk sebuah perapian, untuk hangatnya jiwaku
yang kurasa sepi kala itu

kubenarkan posisi dudukku
kuletakkan kedua sandal sebagai alas dudukku
menemani celana bututku agar tak tampak semakin usang

kutata kayu itu, kutunggui di tepi perapian
kala itu, ku hanya ingin apiku menyala
terang-benderang lenyapkan kegelapan malam
kutunggui, kuamati dengan seksama
api itu mulai ada
secuil api mulai menentramkan batinku
hingga api itu menjalar, cukup hebat!
aku terpana, terperangah beberapa saat
yaa. . .aku bahagia dengan apa yang kupunya

lalu di mana kayu-kayuku? ranting-rantingku?
mana semua yang kupunya dulu?
kukerahkan semua tenagaku
dan ternyata mereka hilang tersantap bara apiku
 

satu dunia, sejuta cerita © 2010

PSD to Blogger Templates by OOruc & PSDTheme by PSDThemes